Monday, January 13, 2014

Miliuner Nyentrik: Muda, Ganteng, Kaya Raya, Tapi Hidup `Kere`

Los Altos : Hobi makan spageti
kalengan, setia mengendarai mobil lawasnya
yang berusia 6 tahun, menggelar rapat penting di
McDonald's, jelas Aaron Levie bukan miliuner
biasa.
Alih-alih tinggal di griya tawang mewah atau
rumah megah di atas bukit, Aaron memilih tinggal
di apartemen sederhana, tak pernah berlibur.
Muda dan kaya raya, tapi ia mengaku, barang
mewah satu-satunya yang ia miliki adalah
sebuah iPhone.
Padahal dengan usianya yang masih muda, 27
tahun, harta pribadi yang dimiliki Aaron tak
sedikit, US$ 100 juta atau sekitar Rp 975 miliar.
Ia adalah bos perusahaan Box, bisnis cloud
storage alias penyimpanan data yang terus
berkembang di Amerika Serikat. Perusahaannya
berbasis di Los Altos, California, di jantung
Silicon Valley.
Dalam istilah sederhana, daripada membeli hard
drive atau server, pelanggan menyewa ruang di
salah satu Box, di mana mereka bisa
mengaksesnya melalui komputer atau
smartphone.
Fasilitas yang ditawarkan Box telah digunakan
oleh 460 perusahaan yang ada dalam daftar
Fortune 500 -- perusahaan AS paling banyak
meraup pendapatan -- dari produsen kebutuhan
konsumen raksasa Procter and Gamble, juga
perusahaan periklanan Clear Channel.
Pendapatan Box tahun lalu mencapai US$ 70 juta,
naik 160% dari tahun 2011. Perusahaan itu
bernilai sekitar US$ 1 miliar setelah
mendapatkan ratusan juta dolar dari investasi
modal ventura.
Tak Peduli Kemewahan
Aaron Levie mengaku lebih memilih fokus pada
pekerjaannya daripada peduli soal kemewahan.
Berbeda dengan pemuda 20 tahunan yang tergoda
berfoya-foya.
"Aku tak peduli dengan uang dan prestise. Yang
lebih menarik bagiku adalah terlibat dalam
penciptaan produk yang hebat. Itulah yang
memotivasiku," kata dia.
Aaron pun 'gila kerja'. Bukan sore hari, atau
malam, ia bahkan tak meninggalkan kantornya
sampai dini hari, selama 6 kali seminggu. Tak
ada istilah 'argo kerja 8 jam'.
"Aku rela bekerja lama, berjam-jam, karena aku
mencintai pekerjaanku. Aku sangat bersemangat
dengan bisnis ini," kata dia, seperti dilansir dari
BBC, Senin (20/5/2013).
Dia menambahkan, seseorang harus punya level
disiplin dan tekad kuat untuk berhasil dalam
hidup. "Anda harus bekerja keras dan
mengorbankan gaya hidup. Ini berlaku untuk
setiap orang," tambah dia.
Aaron masih menerapkan hidup sederhana,
seperti saat memulai dengan dana seadanya.
Saat ia masih mahasiswa dulu.
"Saat memulainya, saya menggaji diri saya
sendiri US$ 500 (sekitar Rp 4,8 juta) dan hidup
dengan makan mie instan dan Spaghettios
(spageti instan kalengan)," kenang Aaron.
Dan selama 2,5 tahun, ia tidur di kantor.
"Rasanya seperti hidup di kapal selam -- aku
bangun dari tempat tidur dan mulai bekerja."
Kini, ia tidak harus tinggal di kantor, pindah ke
apartemen sederhana yang ditempuh 6 menit
mengemudi dari kantor.
"Dan aku masih suka Spaghettios - aku akan
tetap memakannya, sepanjang masih bisa
diterima seleraku," kata Aaron.
Pemuda berambut ikal itu mengaku baru makan di
restoran mewah jika kliennya memintanya.
"Namun tak jarang kesepakatan penting
dihasilkan sambil makan di McDonald's."

0 comments

Post a Comment