Wednesday, February 11, 2015

Tahukah Anda Dari Mana Asal Muasal Payung Pertama Kali Ditemukan?

CNN Indonesia -- Payung sudah dipakai sejak 3.500 tahun yang lalu untuk melindungi manusia dari derasnya hujan dan teriknya matahari. Penemunya bernama Lu Ban, seorang Bapak Pertukangan di Tiongkok yang membuat payung pertama di dunia untuk melindungi istrinya tercinta dari hujan yang kerap mengguyurnya saat mengantarkan makanan untuk Lu Ban.

Sejak saat itulah payung di Tiongkok terus mengalami perubahan. Mulanya payung dibuat dari kertas yang dilapisi lilin. Seiring berjalannya waktu pun payung mulai dibuat dari sutra dan kertas minyak yang terbuat dari kayu mulberry. Bahkan, sebuah buku dari Dinasti Song pernah memuat satu gambar payung yang dapat dilipat dan persis dengan payung yang digunakan di masa modern ini.

Setelah berkembang di negara asalnya, payung pun mulai menyebar ke negara di sekitar Tiongkok. Meningkatnya pertukaran budaya dengan negara asing, menyebabkan payung secara bertahap mulai menyebar ke luar negeri, seperti Korea dan Jepang.

Jepang telah mengirimkan 19 misionaris ke Dinasti Tang untuk mempelajari kebudayaan Tiongkok. Setelah pulang ke negaranya, misionaris-misionaris itu memperkenalkan teknik pembuatan payung pada rakyat Jepang. Sejak saat itulah payung ada di Jepang.

Sekitar 1.000 tahun sebelum Masehi, payung sudah dikenal oleh bangsa Mesir kuno. Bangsa Mesir kuno menggunakan payung sebagai simbol religius. Saat itu, payung hanya bisa digunakan oleh mereka yang dianggap dan dinobatkan sebagai tokoh religius.

Tinggi rendahnya status mereka di mata masyarakat, dibedakan oleh panjang tangkai payung yang dikenakan. Makin panjang tangkainya, berarti orang tersebut punya posisi lebih tinggi dalam aktivitas religius di tengah masyarakat.

Payung dengan tangkai yang paling panjang adalah milik raja atau penguasa tertinggi. Untuk pejabat dengan tingkat yang lebih rendah, panjang tangkai payungnya disesuaikan juga dengan kewenangan yang dimiliki. Penggunaan payung untuk kalangan pesohor di Mesir saat itu juga dimaknai bahwa kubah dari surga melindungi kekuasaan para bangsawan dan tokoh religius.

Selain Mesir, masyarakat Yunani kuno juga diketahui biasa memakai payung. Berbeda dengan Mesir, masyarakat Yunani kuno menjadikan payung sebagai simbol erotisme. Barangkali, di zaman sekarang simbol erotisme payung seperti ini bisa terlihat dari para umbrella girl yang mengiringi balapan mobil atau motor.

Di abad pertengahan, payung juga banyak digunakan oleh masyarakat Asia dan Afrika. Saat itu daratan Eropa belum banyak menggunakannya. Begitu para penjajah Eropa datang ke Asia, budaya payung ini pun menyebar. Mereka pun mulai membawa budaya payung ini ke daratan Eropa.

Di Eropa, payung mulai populer digunakan oleh masyarakat Portugal. Kemudian sejak saat itu, payung menyebar ke Perancis dan menjadi bagian dari fesyen. Para raja Perancis dan Inggris saat itu menggunakan payung dalam pesta-pesta atau upacara pernikahan. Peran payung pun naik pangkat, yaitu untuk melindungi raja dan jenazah yang akan dimakamkan. Dari sinilah fungsi payung mulai dikembangkan.

Pada akhir abad ke-16, payung tidak lagi digunakan sebagai perlengkapan fesyen, tapi mulai dimanfaatkan untuk melindungi diri dari panas dan hujan.

Memasuki abad ke-18, budaya payung sudah menyebar ke banyak wilayah. Hadirnya payung di Inggris pada abad ke-18 lalu, ternyata membangkitkan pengaruh besar di Inggris Raya. Di Inggris, payung lebih dikenal sebagai aksesori para perempuan. Tampilan payung menjadi lebih feminin dengan bahan kain yang diberi hiasan renda pada tepiannya. Ukuran payung yang lebih kecil dan ringan pun menjadikan payung lebih digemari perempuan.

Memasuki abad ke-18 seorang pengembara dan penulis dari Persia, Jonas Hanway (1712-1786) merombak kebiasaan ini. Dengan penuh percaya diri, Hanway membawa dan mempergunakan payung di depan umum. Sejak saat itulah payung tidak lagi identik dengan perempuan. Para lelaki mulai mengikuti jejak Hanway memakai payung.

Untuk menghapuskan citra perempuan yang melekat pada payung, desain payung untuk lelaki pun dibedakan dengan payung untuk perempuan. Payung lelaki lebih besar dan berat, berdesain kaku serta berwarna hitam.

Para laki-laki Inggris kerap menyebut payung dengan sebutan hanway, mengambil kata dari yang nama orang yang mempopulerkannya.

Akhirnya, Inggris menjadi salah satu negara yang memproduksi payung secara massal. Bahkan toko payung pertama di dunia berdiri di Kota London, Inggris. Toko itu bernama James Smith and Sons. Sampai saat ini pun toko tersebut masih berdiri di jalan 53 New Oxford St. Pada pertengahan abad ke-19 payung telah menjadi suatu keharusan bagi orang–orang Inggris.

Perjalanan payung ke Benua Eropa ternyata membuat bahan yang digunakan untuk membuat payung pun berubah. Payung yang aslinya dibuat dengan menggunakan kertas atau kain yang dilapisi lilin, di Eropa payung terbuat dari kayu atau tulang paus dan tudungnya terbuat dari alpaca atau kanvas berminyak. Sedangkan pegangan lengkungnya terbuat dari kayu eboni.

Seiring perkembangan zaman, pembuatan payung dengan memakai bahan-bahan alami tersebut dinilai kurang efektif dan bisa merusak alam. Oleh karena itu pada tahun 1852, Samuel Fox menemukan desain payung berangka baja. Selain itu, Fox juga mendirikan English Steels Company di Inggris. Kemudian pada 8 Agustus 1885 seorang keturunan Afrika-Amerika mempatenkan alat penaruh payung.


(mer/mer)

0 comments

Post a Comment